Notification

×

Iklan


Iklan


Tag Terpopuler


Bayezid Hossain, Balita 4 Tahun Yang Memiliki Pisik Seperti Lansia 80 Tahun

Senin, 01 Agustus 2016 | Senin, Agustus 01, 2016 WIB | 0 Views

Sebuah kondisi langka dialami oleh bocah asal Bangladesh, Bayezid Hossain. Usianya baru saja empat tahun, namun jika dilihat fisiknya menyerupai pensiunan berusia 80 tahun.

Wajah balita dari Magura, wilayah selatan Bangladesh, ini bengkak, seluruh kulit keriput, mata cekung, mengalami sakit sendi, sulit buang air, dan giginya lemah dan rusak.

Yang lebih menyedihkan lagi, masyarakat di sekelilingnya malah mengucilkan Bayezid. Mereka tak mau bermain atau berkumpul dengan bocah malang ini karena takut, meskipun dia punya kecerdasan di atas rata-rata.




Ibu Hossain, Tripti Khatun –yang masih berusia 18 tahun, mengaku sangat kagum dengan kecerdasan putranya itu. Tapi di sisi lain dia sangat sedih karena penampilan Bayezid yang terlihat tidak wajar untuk anak usia itu.

“Bayezid baru belajar jalan saat berusia tiga tahun namun giginya sudah lengkap pada usia tiga bulan,” kata Tripti, dkutip Dream dari laman Daily Mail, Senin 1 Agustus 2016.

Dia menambahkan, putranya itu secara fisik memang tumbuh tidak normal. Namun, secara mental, Bayezid sangat mengagumkan. Bisa bercakap-cakap dengan lancar, cepat memahami sesuatu, dan punya intuisi mengagumkan untuk anak seusia dia.

“Dia tidak seperti anak-anak yang lain. Dia seperti orang tua. Sebagai ibu yang baru punya anak saya tidak tahan melihat anak saya seperti ini,” tambah Tripti.


Lahir Seperti Alien, Banyak Orang Takut

Tripti menikah dengan suaminya, Lovelu Hossain –yang merupakan pamannya. Tripti menikah saat usianya baru 13. Di Asia Selatan, khususnya Bangladesh, pernikahan antara paman dan kemenakan menjadi fenomena umum.

Pasangan ini hidup di rumah orangtua Lovelu, bersama kakeknya, Hashem Shikdar yang berusia 50 dan neneknya, Ayesha Begum yang berusia 40 tahun.

Saat Bayezid dilahirkan di rumah sakit pemerintah pada 2012, Tripti dan Lovelu –yang kini berusia 22 tahun, sangat terkejut karena dokter tidak tahu bagaimana cara merawat putranya itu.

“Saya sangat takut ketika melihat dia saat dilahirkan. Dia hanya tulang dan kulit. Dia tampak seperti alien dan sangat memilukan saya,” ujar Tripti.

“Dokter tidak tahu apa yang harus dilakukan, mereka mengaku tidak pernah melihat bayi seperti ini. Mereka memperingatkan kami bahwa tidak ada yang bisa mereka lakukan,” tambah dia.

Setelah dibawa pulang ke rumah, kabar kelahiran Bayezid yang kondisinya tidak normal dengan cepat menyebar dari desa ke desa. Orang-orang pun berbondong-bondong datang untuk melihat bayi Bayezid.

Meski banyak yang datang ke rumah mereka untuk melihat Bayezid, Tripti dan suaminya mengaku taka menerima bantuan apapun dari masyarakat sekitarnya.

Orang-orang justru takut mendekat kepada Bayezid. Selain itu malah kerap menggosipkan ketidakmampuan Tripti dan suaminya sebagai orangtua.



Diramal Mati Muda

Bayezid diyakini mengalami progeria, yang menyebabkan kondisi fisiknya mengalami penuaan delapan kali dari rata-rata normal. Kelainan ini menginspirasi novel F Scott Fitzgerald novel dan film The Curious Case of Benjamin Button yang dibintangi aktor Brad Pitt.

Dalam dunia medis, pasien progeria diprediksi meninggal dalam usia rata-rata 13 tahun karena serangan jantung atau stroke. Bayezid juga punya mengidap cutis laxa, gangguan jaringan ikat yang jarang terjadi di mana kulit menggantung longgar di lipatan.

Saat Bayezid tumbuh, baik personalitas maupun fisiknya juga berkembang jauh lebih cepat daripada kebanyakan anak-anak di desanya.

“Dia sangat keras kepala dan tahu apa yang dia inginkan, dan dia menjadi sangat tidak sabar. Tapi dia main-main, pikirannya sangat tajam, dan dia cerewet,” tutur Tripti.

Seiring berjalannya waktu, para tetangga kemudian bisa menerima keberadaan Bayezid. Mereka saat ini menganggap balita ini sebagai “orang tua”.


Aku Bangga dengan Anakku....

Keluarga Tripti dan Lovelu hidup pas-pasan. Saban bulan, Lovelu hanya berpenghasilan Rp 850 ribu. Sejak kelahiran Bayezid, keluarga ini telah menghabiskan biaya sekitar Rp 70 juta. Dana itu untuk berobat Bayezid ke berbagai dokter, namun tak ada satu pun yang bisa mengobatinya.

“Kami sudah ke rumah sakit, kuil, fakir, dukun, semua orang menyarankan apapun.,” kata Lovelu. Namun hasilnya tetap saja. Bahkan, kondisi Bayezid bertambah buruk.

Tripti dan Lovelu sepenuhnya sadar putranya bukanlah bocah normal. Dan mereka sadar sang putra tidak akan berumur panjang. “Tapi saya bangga kepadanya. Dia sangat cerdas jika dibanding anak seusianya,” tutur Lovelu.

Bayezid tidak bersekolah, tapi dia suka bermain dengan bolanya, menggambar, dan membongkar pasang mainannya.

©Dream.co,id

×
Berita Terbaru Update