Notification

×

Iklan


Iklan


Tag Terpopuler


Meski Cerdas, Bocah 8 Tahun Ini Harus Mendekam Di Penjara Karena Membunuh Preman Dikampungnya

Sabtu, 30 Juli 2016 | Sabtu, Juli 30, 2016 WIB | 0 Views


Seorang bocah cerdas yang masih berumur 8 tahun harus merasakan pengapnya jeruji besi. Ia dipenjara lantaran nekat balas dendam kematian ayahnya, yang telah dibunuh seorang preman.

Kisahnya pun menjadi viral di media sosial. Beredarnya kisah bocah ini berawal dari unggahan foto satu pemilik akun facebook Prap Fals Napole yang memperlihatkanseorang anak laki-laki berada di balik jeruji. Bersama fot tersebut, akun itu juga melampirkan kisah anak berusia delapan tahun tersebut bisa berada di dalam penjara.

Kisah bocah cerdas dan sopan berinisial AF ini disebutkan ditulis oleh Lars Fredick Sugandha yang dishare sebelumnya di KASKUS. Meski demikian belum diketahui darimana asal bocah tersebut. Berikut Kisahnya:

"KISAH NYATA A*I* SI NARAPIDANA CILIK YANG CERDAS (8 Tahun)

Terus terang, meski sudah beberapa kali mengadakan penelitian Kriminal di LP, pengalaman kali ini adalah pengalaman pertama saya ngobrol langsung dengan seseorang yang didakwa kasus pembunuhan berencana.

Dengan jantung dag dig dug, pikiran saya melayang-layang mengira-ngira gambaran orang yang akan saya temui. Sudah terbayang muka keji
Hanibal Lecter, juga penjahat-penjahat berjenggot palsu ala sinetron, dan gambaran-gambaran pembunuh berdarah dingin lain yang sering saya
temui di cerita TV.

Well, akhirnya setelah menunggu sekian lama berharap-harap cemas, salah satu sipir membawa seorang anak kehadapan saya.Yup, benar seorang anak berumur 8 tahun. Tingginya tidak lebih dari pinggang orang dewasa dengan wajah yang diliputi senyum malu-malu. Matanya teduh dengan gerak-gerik yang sopan.

Saya pun membaca berkas kasusnya yang diserahkan oleh sipir itu. Sebelum masuk penjara ternyata ia adalah juara kelas di sekolahnya, juara menggambar, jago bermain suling, juara mengaji dan azan di tingkat anak-anak. Kemampuan berhitungnya lumayan menonjol. Bahkan dari balik sekolah di dalam penjara pun nilai sekolahnya tercatat kedua terbesar tingkat provinsi. Lantas kenapa ia sampai membunuh? Dengan rencana
pula?

Kasus ini terjadi ketika A*i* sebut saja nama anak ini begitu, belum genap berusia tujuh tahun. Ayahnya yang berdagang di sebuah pasar di daerah bekasi, dihabisi kepala preman yang menguasai daerah itu. Latar belakangnya karena si ayah enggan membayar uang 'keamanan' yang begitu tinggi.


Berita ini rupanya sampai di telinga A*i*. Malam esok harinya setelah ayahnya dikebumikan ia mendatangi tempat mangkal preman tersebut.

Bermodalkan pisau dapur ia menantang orang yang membunuh ayahnya.
"Siapa yang bunuh ayah saya!" teriaknya kepada orang yang ada di tempat itu.
"Gue terus kenapa?" ujar kepala preman yang membunuh ayahnya sambil disambut gelak tawa di belakangnya.

Tanpa banyak bicara anak kecil itu sambil melompat menghunuskan pisau ke perut si preman. Dan tepat mengenai ulu hatinya, pria berbadan besar itu jatuh tersungkur ke tanah. A*i* pun langsung lari pulang ke rumah setelahnya. Akhirnya selesai sholat subuh esok paginya ia
digelandang ke kantor polisi.

"A*i* nih sering bikin repot petugas di Lapas!" ujar kepala lapas yang ikut menemani saya mewawancarai a*i* sambil tersenyum. Ternyata sejak di penjara dua tahun lalu. Anak ini sudah tiga kali melarikan diri dari selnya. Dan caranya pun menurut saya tergolong ajaib.
Pelarian pertama dilakukannya dengan cara yang tak terpikirkan siapapun. 

Setiap pagi sampah-sampah dari Lapas itu di jemput oleh mobil kebersihan. Sadar akan hal ini, diam-diam A*i* menyelinap ke dalam salah satu kantung sampah. Hasilnya 1-0 untuk A*i*. Ia berhasil keluar daripenjara.

Pelarian kedua lebih kreatif lagi. Anak yang doyan baca ini pernah membaca artikel tentang fermentasi makanan tape (ingat lho waktu wawancara usianya baru 8 tahun). Dari situ ia mendapat informasi bahwa tape mengandung udara panas yang bersifat destruktif terhadap
benda keras.

Kebetulan pula di Lapas anak ini disediakan tape uli dua kali dalam seminggu. Setiap disediakan tape, a*i* selalu berpuasa karena jatah tape itu dibalurkannya ke dinding tembok sel tahanannya. Hasilnya setelah empat bulan, tembok penjara itu menjadi lunak seperti tanah liat. Satu buah lubang berhasil dibuatnya. 2-0 untuk a*i*. Ia keluar penjara ke dua kalinya.

Pelarian ke tiganya dilakukan ala Mission Imposible. A*i* yang ditugasi membersihkan kamar mandi melihat ember sebagai sebuah solusi. Besi yang berfungsi sebagai pegangan ember itu di simpan di dalam kamarnya. Tahu bahwa dirinya sudah diawasi sangat ketat, A*i* memilih tempat persembunyian paling aman sebelum memutuskan untuk kabur.

Ruang kepala Lapas menjadi pilihannya. Alasannya jelas, karena tidak pernah satu pun penjaga berani memeriksa ruang ini. Ketika tengah malam
ia menyelinap keluar dengan menggunakan besi pegangan ember untuk membuka pintu dan gembok. Jangan Tanya saya bagaimana caranya,
 pokoknya tahu-tahu ia sudah di luar. 3-0 untuk A*i*.

Lantas kenapa ia bisa tertangkap lagi? Rupanya kepintaran itu masih berada di sebuah kepala bocah. Pelarian-pelariannya didorong dari rasa
kangennya terhadap ibunya. Anak ini keluar dari penjara hanya untuk ke rumah sang ibunda tercinta. Jadi dari Lapas tanggerang ia menumpangnumpang mobil Omprengan dan juga berjalan kaki sekian kilometer dengan satu tujuan, pulang!

Karena itu pula pada pelarian A*i* yang ketiga, kepala Lapas yang juga seorang ibu ini meminta anak buahnya untuk tidak segera menjemput A*i*. Hasilnya dua hari kemudian Arif kembali lagi ke lapas sambil membawa surat untuk kepala Lapas yang ditulisnya sendiri. Ibu kepala, A*i*
minta maaf, tapi A*i* kangen sama ibu A*i*. * Tulisnya singkat.

Seorang anak cerdas yang harus terkurung dipenjara. Tapi, saya tidak lantas berpikir bahwa ia tidak benar-benar bersalah dan harus dibebaskan.

Bagaimanapun juga ia telah menghilangkan nyawa seseorang. Tapi saya hanya berandai-andai jika saja, kebijakan bertindak cepat menangkap pembunuh si ayah (secepat polisi menangkap si Arif) pastinya saat ini anak pintar dan rajin itu tidak akan berada di tempat seperti ini.Dan
kreativitasnya yang tinggi itu bisa berguna untuk hal yang lain.

Sayangnya si A*i* itu cuma anak pedagang sayur miskin sementara si preman yang dibunuhnya selalu setia menyetor kepada pihak berwajib setempat. Itulah yang namanya keadilan di negeri ini!"

Kisah ini sangat menyedihkan dan menarik simpati banyak orang. Meski demikian, belum diketahui pasti kebenaran dari kisah tersebut. Dari kisah ini kita juga bisa mengambil pembelajaran.

©MrSeru.com

×
Berita Terbaru Update